Kenapa Trotoar di Sini Lebih Ramah Motor daripada Pejalan Kaki

Table of Contents

Kenapa Trotoar di Sini Lebih Ramah Motor daripada Pejalan Kaki

FOKUS KOTA SERANG - 
Kalau lo jalan kaki di kota, terus pengen nikmatin trotoar, siap-siap aja disalip motor. Atau kalau lagi apes, bisa aja ditabrak tukang gerobak, parkiran liar, bahkan kadang spanduk caleg. Bikin mikir, trotoar ini sebenernya buat siapa, ya?

Fungsinya sih jelas — trotoar itu buat pejalan kaki. Tapi di Indonesia, khususnya di Kota Serang dan kota-kota sejenis, fungsi itu kayak cuma jadi formalitas perencanaan tata kota. Realitanya? Trotoar jadi ruang serbaguna. Kadang jadi lahan dagang, kadang jadi shortcut motor, kadang malah jadi tempat tidur siang tukang parkir.

Trotoar Jadi Jalur Alternatif

Fenomena motor naik ke trotoar tuh udah bukan hal aneh. Kadang karena macet, kadang karena males antre lampu merah. Tapi akhirnya malah jadi kebiasaan. Dan anehnya, jarang banget ada yang ditindak.

Ironisnya, pejalan kaki yang benar-benar mau jalan kaki malah harus minggir, turun ke jalan raya yang justru lebih bahaya. Ini yang bikin orang makin males jalan kaki. Ujung-ujungnya, makin banyak yang pilih naik motor, makin semrawut lalu lintas, makin padat polusi, makin hilang fungsi trotoar. Lingkaran setan yang kita tonton tiap hari.

Desain Trotoar, Ada Tapi Bikin Emosi

Beberapa trotoar memang direnovasi. Udah bagus dari jauh, keramik kinclong, warna-warna pastel. Tapi pas dipake? Ada lubangnya, ada tiang listrik di tengah jalan, atau pavingnya miring-miring. Bahkan ada yang baru dibangun udah rusak, kayak niatnya cuma buat nyerap anggaran.

Dan jangan lupa, beberapa tempat tetap pasang pot besar, batu raksasa, bahkan rambu-rambu tak berguna. Trotoar jadi kayak obstacle course buat atlet parkour, bukan buat pejalan kaki biasa.

Solusinya Apa?

Sebenarnya simpel: balik ke fungsi dasar. Trotoar ya buat orang jalan kaki. Bukan buat motor, bukan buat jualan, apalagi buat numpuk sampah. Tapi tentu nggak cukup cuma diomongin. Perlu kontrol dari pemda, sanksi yang jelas, dan desain yang mikirin orang, bukan sekadar proyek.

Dan yang paling penting: warga juga harus sadar. Kalau udah punya trotoar, ya jangan dirusak. Jangan jadiin lahan tambahan buat usaha atau tempat nongkrong motor komunitas. Hargai ruang bersama.

Akhir Kata

Selama trotoar masih dianggap “ruang bebas” tanpa fungsi sakral, pejalan kaki akan terus jadi warga kelas dua di jalanan kita. Padahal, kalau kota bisa nyaman buat orang jalan kaki, itu tanda kota itu sehat dan ramah. Tapi ya, itu kan kalau.

FAQ

Q: Kenapa motor sering naik ke trotoar?
A: Karena macet, dan karena nggak ada penegakan hukum yang konsisten.

Q: Apakah trotoar memang dibuat untuk pejalan kaki?
A: Ya, tapi di banyak kota Indonesia, kenyataannya tidak diprioritaskan.

Q: Gimana cara bikin trotoar lebih aman?
A: Desain yang benar, pengawasan yang tegas, dan kesadaran warga.

✍️ Penulis: Fuad

Kalau artikel ini oke, gue bisa lanjutin bikin versi pendeknya buat konten TTS OHGITU atau IG Reel. Mau?