Sejarah Kota Serang: Dari Masa Kejayaan Banten Hingga Menjadi Ibu Kota Provinsi
Kota Serang adalah salah satu kota di Indonesia yang memiliki sejarah panjang dan menarik. Kota ini merupakan ibu kota dari provinsi Banten, yang dulunya adalah salah satu kerajaan besar di Nusantara. Kota Serang juga menjadi pusat pemerintahan, perdagangan, dan kebudayaan sejak abad ke-16 hingga sekarang. Artikel ini akan membahas sejarah kota Serang dari berbagai aspek, mulai dari asal-usul nama, perkembangan wilayah, peristiwa penting, hingga budaya dan tradisi yang masih dilestarikan oleh masyarakatnya.
Asal-Usul Nama Serang
Ada beberapa versi yang menceritakan tentang asal-usul nama Serang. Salah satu versi yang paling populer adalah bahwa nama Serang berasal dari kata “sawah rang” atau “sawah pejabat” dalam bahasa Sunda Kuno. Hal ini dikarenakan pada masa lalu, wilayah Serang merupakan daerah penghasil padi yang dikelola oleh para pejabat kerajaan Banten. Versi lain mengatakan bahwa nama Serang berasal dari kata “sera” atau “serai” dalam bahasa Sunda, yang berarti “tempat bertemu”. Hal ini merujuk pada fungsi Serang sebagai tempat pertemuan antara para pedagang, pejabat, dan ulama dari berbagai daerah.
Perkembangan Wilayah Serang
Wilayah Serang pada awalnya merupakan bagian dari kerajaan Tarumanagara, yang berdiri sekitar abad ke-4 hingga ke-7 Masehi. Setelah runtuhnya Tarumanagara, wilayah Serang kemudian masuk ke dalam kerajaan Sunda, yang berpusat di Pakuan Pajajaran (sekarang Bogor). Pada masa kerajaan Sunda, Serang menjadi salah satu daerah penting yang menghubungkan Pakuan Pajajaran dengan pelabuhan-pelabuhan di pantai utara Jawa Barat.
Pada abad ke-16, wilayah Serang menjadi bagian dari kesultanan Banten, yang didirikan oleh Maulana Hasanuddin, putra dari Sunan Gunung Jati. Kesultanan Banten berkembang menjadi salah satu kerajaan maritim terbesar di Nusantara, yang memiliki hubungan dagang dengan berbagai negara di Asia dan Eropa. Serang menjadi pusat pemerintahan kesultanan Banten sejak tahun 1596, setelah ibu kota dipindahkan dari Banten Lama (sekarang Kota Cilegon) oleh Sultan Ageng Tirtayasa. Sultan Ageng Tirtayasa membangun berbagai fasilitas dan infrastruktur di Serang, seperti istana, masjid, benteng, jalan, dan irigasi.
Pada masa penjajahan Belanda, Serang menjadi salah satu daerah yang sering mengalami perlawanan dari rakyat Banten. Salah satu peristiwa terkenal adalah Pemberontakan Ratu Bagus Kuning pada tahun 1682-1683, yang dipimpin oleh Ratu Bagus Kuning (Ratu Ayu), putri dari Sultan Ageng Tirtayasa. Ratu Bagus Kuning bersama dengan para pengikutnya berhasil merebut kembali istana dan benteng Serang dari tangan Belanda. Namun, akhirnya mereka harus menyerah setelah Belanda mendatangkan bala bantuan dari Batavia (sekarang Jakarta).
Pada masa penjajahan Jepang, Serang menjadi salah satu daerah yang menjadi basis gerakan perlawanan rakyat Indonesia. Salah satu tokoh yang berperan penting adalah KH Wachid Hasyim, seorang ulama dan pendiri Nahdlatul Ulama (NU). KH Wachid Hasyim bersama dengan para pejuang lainnya berhasil mengorganisir rakyat untuk melawan Jepang dengan berbagai cara, seperti sabotase, propaganda, dan penggalangan dana.
Pada masa kemerdekaan Indonesia, Serang menjadi salah satu daerah yang terlibat dalam perjuangan melawan agresi militer Belanda. Salah satu peristiwa penting adalah Pertempuran Pasar Kemis pada tahun 1948, yang dipimpin oleh Letkol Iskandar Muda. Pertempuran ini berhasil menggagalkan rencana Belanda untuk merebut kembali Serang dari tangan Republik Indonesia.
Pada masa Orde Lama dan Orde Baru, Serang menjadi salah satu daerah yang mengalami perkembangan pesat, baik dari segi ekonomi, sosial, maupun politik. Serang menjadi salah satu pusat industri, perdagangan, dan jasa di Jawa Barat. Serang juga menjadi salah satu daerah yang aktif dalam gerakan reformasi dan demokrasi pada akhir tahun 1990-an.
Pada tahun 2000, Serang menjadi bagian dari provinsi Banten, yang merupakan hasil pemekaran dari provinsi Jawa Barat. Serang ditetapkan sebagai ibu kota provinsi Banten berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000. Pada tahun 2007, Serang resmi menjadi kota otonom, yang merupakan hasil pemekaran dari kabupaten Serang berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2007. Kota Serang terdiri dari enam kecamatan, yaitu Serang, Kasemen, Walantaka, Curug, Cipocok Jaya, dan Taktakan.
Peristiwa Penting di Serang
Sebagai kota yang memiliki sejarah panjang, Serang telah menyaksikan berbagai peristiwa penting yang berdampak pada nasib bangsa Indonesia. Berikut adalah beberapa peristiwa penting yang terjadi di Serang:
- Pada tahun 1596, Sultan Ageng Tirtayasa memindahkan ibu kota kesultanan Banten dari Banten Lama ke Serang. Hal ini dilakukan untuk menghindari serangan dari Belanda dan Mataram, serta untuk memperluas wilayah dan pengaruh kesultanan Banten.
- Pada tahun 1682-1683, Ratu Bagus Kuning (Ratu Ayu) memimpin pemberontakan melawan Belanda yang dikenal sebagai Pemberontakan Ratu Bagus Kuning. Pemberontakan ini berhasil merebut kembali istana dan benteng Serang dari tangan Belanda. Namun, akhirnya mereka harus menyerah setelah Belanda mendatangkan bala bantuan dari Batavia.
- Pada tahun 1813, Thomas Stamford Raffles mengunjungi Serang sebagai bagian dari misinya untuk mengumpulkan informasi tentang sejarah dan budaya Nusantara. Raffles menemukan berbagai peninggalan sejarah di Serang, seperti prasasti-prasasti, naskah-naskah, dan artefak-artefak. Raffles juga menulis buku berjudul The History of Java, yang banyak mengutip sumber-sumber dari Serang.
- Pada tahun 1926, Sarekat Islam (SI) mengadakan kongres di Serang. Kongres ini dihadiri oleh para tokoh SI dari berbagai daerah, seperti HOS Tjokroaminoto, Agus Salim, dan Mohammad Natsir. Kongres ini membahas berbagai isu strategis, seperti perjuangan kemerdekaan Indonesia, persatuan umat Islam, dan hubungan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).
- Pada tahun 1948, Letkol Iskandar Muda memimpin Pertempuran Pasar Kemis melawan Belanda. Pertempuran ini berhasil menggagalkan rencana Belanda untuk merebut kembali Serang dari tangan Republik Indonesia. Pertempuran ini juga menjadi salah satu contoh kerjasama antara Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan rakyat sipil dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
- Pada tahun 1965, Gerakan 30 September (G30S) melakukan upaya kudeta terhadap pemerintahan Presiden Soekarno. Salah satu sasaran G30S adalah Markas Komando Daerah Militer (Makodam) III/Siliwangi di Serang. Namun, upaya ini berhasil digagalkan oleh pasukan loyalis yang dipimpin oleh Kolonel Umar Wirahadikusumah.
- Pada tahun 1999, rakyat Banten melakukan aksi unjuk rasa besar-besaran untuk menuntut pemekaran provinsi Banten dari provinsi Jawa Barat. Aksi ini dikenal sebagai Aksi Sejuta Umat Banten. Aksi ini berhasil mendapatkan dukungan dari pemerintah pusat dan DPR RI untuk membentuk provinsi Banten berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000
- Pada tahun 2007, Serang resmi menjadi kota otonom, yang merupakan hasil pemekaran dari kabupaten Serang berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2007. Kota Serang terdiri dari enam kecamatan, yaitu Serang, Kasemen, Walantaka, Curug, Cipocok Jaya, dan Taktakan.
Budaya dan Tradisi Serang
Sebagai kota yang memiliki sejarah panjang dan beragam, Serang juga memiliki budaya dan tradisi yang kaya dan unik. Budaya dan tradisi Serang dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti asal-usul etnis, agama, sejarah, geografi, dan interaksi sosial. Berikut adalah beberapa contoh budaya dan tradisi Serang yang masih dilestarikan oleh masyarakatnya:
- Baduy: Baduy adalah salah satu suku asli yang tinggal di wilayah pegunungan Kendeng di kabupaten Lebak, yang berbatasan dengan kabupaten Serang. Baduy terbagi menjadi dua kelompok, yaitu Baduy Dalam dan Baduy Luar. Baduy Dalam adalah kelompok yang lebih isolasi dan konservatif, yang hidup tanpa menggunakan teknologi modern, seperti listrik, kendaraan bermotor, dan pakaian berwarna. Baduy Luar adalah kelompok yang lebih terbuka dan moderat, yang hidup dengan menggunakan beberapa teknologi modern, seperti pakaian berwarna dan alat-alat pertanian. Baduy memiliki kepercayaan animisme yang disebut Sunda Wiwitan, yang menghormati alam sebagai sumber kehidupan. Baduy juga memiliki adat istiadat yang ketat, seperti larangan memotong rambut, memelihara hewan peliharaan, dan menikah dengan orang luar.
- Debus: Debus adalah salah satu seni bela diri tradisional yang berasal dari Banten. Debus menampilkan aksi-aksi atraktif dan berbahaya, seperti menusuk tubuh dengan pisau tajam, memakan api, memotong lidah dengan pisau cukur, dan lain-lain. Debus dilakukan oleh para juru debus yang memiliki kemampuan spiritual dan fisik yang tinggi. Debus dipercaya sebagai salah satu warisan dari Sunan Kalijaga, salah satu wali yang menyebarkan Islam di Jawa. Debus biasanya ditampilkan dalam acara-acara tertentu, seperti peringatan hari besar Islam, pernikahan adat Banten, atau festival budaya.
- Rengkong: Rengkong adalah salah satu kerajinan tangan tradisional yang berasal dari Banten. Rengkong adalah anyaman bambu yang dibentuk menjadi berbagai macam bentuk, seperti keranjang, tempat sirih, tempat buah, atau hiasan dinding. Rengkong memiliki motif-motif geometris yang indah dan unik. Rengkong biasanya dibuat oleh para perempuan Banten sebagai salah satu sumber penghasilan atau sebagai hobi. Rengkong juga menjadi salah satu ciri khas dari rumah-rumah adat Banten.
- Wayang Golek: Wayang Golek adalah salah satu seni pertunjukan tradisional yang berasal dari Jawa Barat. Wayang Golek menampilkan boneka kayu yang disebut golek yang dimainkan oleh seorang dalang. Wayang Golek biasanya menceritakan kisah-kisah dari epos Ramayana dan Mahabharata, atau cerita-cerita rakyat Jawa Barat. Wayang Golek juga disertai dengan musik gamelan dan nyanyian sinden. Wayang Golek menjadi salah satu seni pertunjukan yang populer di Serang karena banyaknya penduduk Serang yang berasal dari Jawa Barat.
Kesimpulan
Kota Serang adalah salah satu kota di Indonesia yang memiliki sejarah panjang dan menarik. Kota ini merupakan ibu kota dari provinsi Banten, yang dulunya adalah salah satu kerajaan besar di Nusantara. Kota Serang juga menjadi pusat pemerintahan, perdagangan, dan kebudayaan sejak abad ke-16 hingga sekarang.
Kota Serang juga memiliki budaya dan tradisi yang kaya dan unik. Budaya dan tradisi Serang dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti asal-usul etnis, agama, sejarah, geografi, dan interaksi sosial. Beberapa contoh budaya dan tradisi Serang yang masih dilestarikan oleh masyarakatnya adalah Baduy, Debus, Rengkong, dan Wayang Golek.
Kota Serang adalah kota yang layak untuk dikunjungi dan dipelajari. Kota ini menawarkan berbagai pesona dan keunikan yang tidak dimiliki oleh kota-kota lain. Kota Serang juga menjadi saksi bisu dari perjalanan bangsa Indonesia dari masa lalu hingga sekarang.
FAQ
Apa arti lambang kota Serang?
Lambang kota Serang memiliki arti sebagai berikut:
- Bentuk segi lima melambangkan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.
- Warna biru melambangkan kesetiaan dan kejujuran.
- Warna kuning melambangkan kemuliaan dan keagungan.
- Warna hijau melambangkan kesuburan dan kesejahteraan.
- Warna merah melambangkan keberanian dan semangat.
- Warna putih melambangkan kesucian dan kebersihan.
- Gambar bintang melambangkan iman dan ketuhanan.
- Gambar padi dan kapas melambangkan sumber pangan dan sandang.
- Gambar gunung dan laut melambangkan kekayaan alam dan potensi wisata.
- Gambar rumah adat Banten melambangkan identitas budaya dan sejarah.
- Gambar jembatan melambangkan kemajuan dan pembangunan.
- Tulisan “Kota Serang” melambangkan nama kota.
Bagaimana cara ke kota Serang?
Kota Serang dapat dicapai dengan berbagai cara, seperti:
- Menggunakan kendaraan pribadi, seperti mobil atau motor. Kota Serang dapat diakses melalui jalan tol Jakarta-Merak atau jalan raya Pantura. Jarak antara Jakarta dan Serang adalah sekitar 80 km, yang dapat ditempuh dalam waktu sekitar 1,5 jam.
- Menggunakan kendaraan umum, seperti bus atau kereta api. Kota Serang memiliki terminal bus yang melayani berbagai trayek antar kota dan antar provinsi. Kota Serang juga memiliki stasiun kereta api yang melayani jalur kereta api Jakarta-Merak. Jarak antara Jakarta dan Serang adalah sekitar 100 km, yang dapat ditempuh dalam waktu sekitar 2 jam.
- Menggunakan pesawat terbang. Kota Serang memiliki bandara yang bernama Bandara Banten International Airport (BIA), yang terletak di kecamatan Bojonegara. Bandara ini melayani penerbangan domestik dan internasional. Jarak antara Jakarta dan Serang adalah sekitar 120 km, yang dapat ditempuh dalam waktu sekitar 2,5 jam.
Apa saja tempat wisata di kota Serang?
Kota Serang memiliki berbagai tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi, seperti:
- Masjid Agung Banten: Masjid Agung Banten adalah masjid tertua di Banten yang dibangun pada tahun 1569 oleh Sultan Maulana Hasanuddin. Masjid ini memiliki arsitektur yang megah dan indah, dengan menara setinggi 24 meter yang menjadi ikonnya. Masjid ini juga memiliki makam-makam para sultan Banten dan tokoh-tokoh Islam lainnya.
- Benteng Speelwijk: Benteng Speelwijk adalah benteng peninggalan Belanda yang dibangun pada tahun 1680 oleh Gubernur Jenderal Cornelis Speelman. Benteng ini berfungsi sebagai pusat pertahanan dan perdagangan Belanda di Banten. Benteng ini memiliki bentuk segi empat dengan empat bastion di setiap sudutnya. Benteng ini juga memiliki museum yang menyimpan berbagai koleksi sejarah dan budaya Banten.
- Taman Nasional Ujung Kulon: Taman Nasional Ujung Kulon adalah taman nasional terbesar di Jawa Barat yang terletak di ujung barat pulau Jawa. Taman nasional ini memiliki luas sekitar 1220 km2, yang meliputi daratan, pulau-pulau kecil, dan perairan. Taman nasional ini merupakan habitat bagi berbagai flora dan fauna langka, seperti badak bercula satu, rusa bawean, lutung jawa, elang jawa, dan lain-lain
- Pantai Anyer: Pantai Anyer adalah salah satu pantai terkenal di Banten yang terletak di kabupaten Serang. Pantai ini memiliki pasir putih yang halus dan air laut yang biru. Pantai ini juga memiliki berbagai fasilitas wisata, seperti hotel, restoran, waterpark, dan olahraga air. Pantai ini juga menjadi salah satu tempat bersejarah, karena di sini terdapat mercusuar yang dibangun oleh Raja Willem III pada tahun 1885 sebagai tanda penghormatan kepada korban letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883.
- Museum Negeri Banten: Museum Negeri Banten adalah museum yang menyimpan berbagai koleksi sejarah, budaya, dan alam Banten. Museum ini terletak di kota Serang, di dekat Masjid Agung Banten dan Benteng Speelwijk. Museum ini memiliki empat ruang pameran, yaitu ruang pameran sejarah, ruang pameran budaya, ruang pameran alam, dan ruang pameran khusus. Museum ini juga memiliki perpustakaan, auditorium, dan taman edukasi.
- Kawah Putih: Kawah Putih adalah kawah vulkanik yang terletak di desa Ciwidey, kabupaten Bandung. Kawah ini memiliki luas sekitar 5 hektar, dengan kedalaman sekitar 20 meter. Kawah ini memiliki warna putih kehijauan yang berasal dari belerang yang terkandung di dalamnya. Kawah ini juga memiliki suhu udara yang dingin, sekitar 8-22 derajat Celcius. Kawah ini menjadi salah satu tempat wisata alam yang indah dan eksotis di Jawa Barat.